Rabu, 12 Juli 2017

Novel - Last Feeling




Aku berusaha kembali melembutkan hati. Aku tidak bisa terus begini, berkutat dengan perasaan sendiri. Tidakkah seharusnya aku tahu, nyaris semua hati yang diciptakan Tuhan pernah mengecap luka. Hanya segelintir, yang katanya berhasil bangkit, yang mengaku bahagia dengan pilihan kesendiriannya. Tetapi, kalau tiap hati diminta jujur secara lapang, tidak ada kebahagiaan yang nyata ketika tidak memiliki belahan jiwa. Namun, ketakutan membuat mereka membatasi kebahagiaan dan memilih sendiri.
"Cinta itu masalah hati. Segumpal darah yang siapapun tidak akan pernah bisa menjabarkannya dalam rumus-rumus kimia. Segumpal darah yang menyimpan rasa, yang siapapun tidak akan pernah tahu pada siapa rasa itu bermuara."
Dan, setelah berkali-kali cupid salah menancapkan panahnya, apakah kau pelabuhan terakhirku?




---> Tersedia di Scoop App



#LastFeeling #Novel #Romance #Romancestory #Youngadult #BIP #PenerbitBhuanaSastra #BhuanaSastra #BhuanaIlmuPopuler #ScoopApp #Scoop #Fiksi #Zukril #ZukrilYu #Pekanbaru #PekanbaruTraveling

Smartphone, Smartthink, and Payfazz





Kalau punya smartphone, seharusnya kita juga bisa mengimbangi dengan smartthink. Manfaatkan smartphone dengan maksimal secara harganya yang nggak murah, begitupun dengan paket data. Tapi, masa iya smartphone dipakai untuk eksis di sosial media doang. Untuk selfie doang. Main game doang. Download aplikasi yang bisa membuat semakin kokohnya tulang rahang dan memanipulasi bentuk wajah biar terlihat lebih cantik dan tampan. Apa nggak rugi?
Ada yang namanya aplikasi Payfazz loh di play store.  Aplikasi yang bisa digunakan untuk berjualan pulsa (all operator), paket data (all operator), token, bayar tagihan listrik, PDAM, BPJS, TV Berlangganan, multi finance, dan lainnya dengan harga distributor. Satu aplikasi untuk banyak transaksi online. Keren, gila!

Selasa, 30 Mei 2017

Cerpen: Lelakiku, Lelaki Tidak Berkaki






Oleh    : Zukril Yu

Dimuat di kolom Apresiasi www.TamanFiksi.com, 02 Juni 2015


Aku makin mempercepat putaran pedal sepedaku. Di tengah derunya hujan yang membungkam diam denyut nadi kota kecil ini. Bibirku bergetar pucat, jemariku mengerucut hebat. Aku tidak perduli. Meski setajam jarum  ataupun sebesar balok es, hujan ini menusuk-nusuk mukaku, aku tidak perduli. Bagaimanapun caranya, sepeda ontel ini harus mengantarkanku ke bibir pantai. Sebelum senja terbunuh kelam. Sebelum pasang menenggelamkan.
Petir menggelegar begitu aku melintasi jalan setapak di tengah hutan pinus yang lebat. Sepi. Sangat sepi. Dibatas penglihatan, aku melihat sosok bayang. Makin dekat kian terlihat. Seorang lelaki tidak berkaki, berjalan menggunakan kedua tangan di pinggir jalan. Menggigil.
Kembali, petir menghujam sepi. Aku ketakutan. Tapi rasa takut justru makin mempercepat ayunan kakiku pada pedal sepeda. Sosok itu kian jelas meski hujan makin deras dan kelam kian pekat.

Cerpen: KM. 0



 
Oleh : Zukril Yu
Dimuat di Merah Putih Pos, edisi 11/17-13 Maret 2016

Kepulangan yang aku impikan adalah kepulangan penuh dendam. Dendam pada keadaan masa lalu yang menjadi alasanku meninggalkan kampung halaman. Pulang dengan mimpi yang telah aku rancang begitu indah. Seindah pagi begitu matahari mengusir embun di pucuk dedaunan sepanjang sungai kehidupan. Seindah senja ketika bola api raksasa itu menyiram tinta merah jingga pada riak kecil sungai kehidupan di Km. 0

Cerpen: Sampai Berjumpa Lagi, Ibu





Oleh    : Zukril Yu
Dimuat di Tanjung Pinang Pos, 31 Juli 2016 

"Jadi, kapan kau menikah?"
Dulu aku selalu menelan ludah menahan getir tiap kali mendengar pertanyaan itu. Pertanyaan yang bukan saja mengandung makna perhatian, kasih sayang, sekaligus juga ledekan. Kalau di tanah kelahiran, aku sudah dikatakan bujang lapuk. Sekalipun usiaku belum bisa dikatakan kepala tiga, kurang beberapa hari. Begitulah, di kampungku, laki-laki berusia dua puluh tahun sudah berani meminang anak gadis orang, meskipun belum ada pekerjaan.

Cerpen: Rindu tidak Selalu Dibayar Tuntas






Oleh: Zukril Yu
Dimuat di Pikiran Rakyat, 07 Mei 2017


Mencintai itu tidak harus memiliki. Kalimat itu terdengar indah sekali,  bukan? Terlebih ketika siapapun yang belum pernah mengalami kisah yang sama dan dengan sok bijaknya menasehati orang yang cintanya bertepuk sebelah tangan. Atau, pada orang yang saling mencintai tetapi tidak bisa bersama karena berbagai alasan .

Minggu, 24 Juli 2016

Pejantan Tanggung




Judul Buku        : Pejantan Tanggung
Penulis              : Zukril Yu
ISBN               : 978-602-6330-05-5
Penerbit           : LovRinz Publishing
Ukuran            : 13x19
Halaman          : viii + 212

Blurb:
Pejantan Tanggung adalah kumpulan cerpen yang berisi tentang kisah remaja cowok yang nyaris tidak memiliki rasa percaya diri, remaja kuper yang sering tidak pernah dianggap keberadaannya, dan hal-hal konyol yang dilakukan untuk mendapat sebuah pengakuan. Remaja yang hanya bisa mengagumi keindahan lawan jenis dalam diam, dan menyimpan iri pada teman-teman yang terlihat sempurna.